Selamat Datang di Blog PPNI Cilacap

Minggu, 13 Desember 2009

HYPNOSIS dan HYPNOTERAPI

Sebenarnya apa pengertian hipnotis ?
Hipnotis berasal dari kata hypnos yang artinya tidur, namun hipnotis itu sendiri bukanlah tidur. Secara sederhana, yaitu fenomena yang mirip tidur, di mana alam bawah sadar lebih mengambil peranan dan alam sadar berkurang peranannya. Pada kondisi ini seseorang menjadi sangat sugestif (mudah dipengaruhi), karena alam bawah sadar yang seharusnya menjadi filter logic sudah tidak lagi mengambil peranan. Seseorang yang terhipnotis sebetulnya pada kondisi sangat terkonsentrasi yang sangat fokus.
Apakah ilmu hipnotis ini ada dasar ilmiahnya? Jelaskan !
Sejak tahun 1815, Abbe Jose Castodi de Faria, sudah melakukan penelitian hipnotis secara ilmiah. Dilanjutkan berbagai tokoh semacam Emile Coué, Dr. James Braid (1848), Milton Erickson, MD dan sebagainya. Tahun 1955, British Medical Association (sekarang disebut BHA atau British Hypnotherapy Association) mengesahkan hypnotherapy sebagai “valid medical treatment”. Tahun 1958, American Medical Association (AMA) men-support hypnotherapy untuk keperluan medis. Setelah 1950, banyak berdiri asosiasi profesional di berbagai negara.
Belakangan hipnotis dimanfaatkan sebagai salah satu teknik pengembangan diri. Apakah hal itu mungkin ?
Ya, jelas bisa. Pada umumnya, program pengembangan diri terkadang gagal karena individu tidak berhasil meyakinkan diri sendiri untuk berubah karena mengalami yang namanya “self-sabotage”. Proses self sabotage adalah proses di mana alam sadar menyabot proses mental yang tengah dilakukan seseorang pada saat ia ingin melakukan perubahan diri.
Misal: seseorang melakukan afirmasi di depan kaca dan mengatakan “Saya orang yang sukses” sebanyak 100 kali, namun setiap kali ia mengatakan itu, di sisi pikirannya terbersit suatu keraguan, kesangsian, “Masak sih, selama ini saya toh gagal….” Nah, pikiran ini berasal dari fungsi alam sadar yang terus-menerus mengontrol dan mengkritisi segala sesuatu yang masuk ke pikiran.
Jadi di sini, alam sadar justru mensabotase kehendak kita untuk berubah, dengan cara menyajikan berbagai “realitas” dan “fakta lampau” bahwa kita bukanlah orang yang sukses.
Saat ini sejumlah trainer atau coach menawarkan hipnotis untuk membantu para pemasar atau penjual. Apakah bisa ?
“Bisa!” Hipnotis bisa dimanfaatkan dalam dua aspek; pertama, menghipnotis si sales person untuk self improvement, dan kedua menghipnotis orang lain (customer) agar lebih percaya dengan si penjual.
Pertama, dalam pelatihan yang saya lakukan, misalnya saya menghipnotis trainee agar tidak fobia menelepon atau fobia prospecting. Hipnotis juga bisa membuatnya lebih percaya diri saat presentasi, lebih percaya akan goal pribadinya, lebih berenergi, dst.
Kedua, hipnotis verbal atau yang dikenal dengan teknik sugesti (indirect communication). Secara sederhana, teknik ini menggunakan pola-pola bahasa tertentu (hypnotic language pattern) untuk mengakses pikiran bawah sadar lawan bicara sehingga bisa dipengaruhi. Di sini seorang sales belajar menggunakan pola-pola kata yang berkekuatan sugesti untuk mempengaruhi prospek agar membeli.
Contoh yang sering dipakai didunia DS/MLM atau asuransi adalah yang disebut dengan “double binding”, yaitu mengarahkan pikiran prospek untuk memilih A atau B yang keduanya berarti membeli, dan jangan sampai berpikir tidak membeli. Misalnya, penjual bertanya: “Mau beli berapa kilo?”, “Mau dibawa sendiri atau diantar”, “Anda mau mengambil produk paket yang ada diskon tambahan atau memilih kombinasi produk sendiri?”, dan seterusnya.
Apakah hal itu tidak bertentangan dengan moral dan etika bisnis ?
Dengan menggunakan pola kata hipnotis, maka seseorang prospek akan menjadi lebih “lunak” dan sugestif sehingga ia mau menbeli produk atau jasa itu. Pada saat ia tahu bahwa produk atau jasa tadi ternyata memang dia sangat perlukan, maka ia akan berterima kasih. Disini jelas terlihat bahwa apabila seorang salesperson menjual produk atau jasa yang kualitasnya buruk, namun ia menggunakan bahasa hipnotis, maka ini tidak beda dengan bunuh diri. Karena cepat atau lambat kastemernya akan menyadari bahwa ia tidak mendapatkan janji seperti yang disampaikan si salesperson. Jadi penggunaan bahsa hipnotis untuk marketing atau sales seharusnya dalam batas koridor untuk membantu seseorang supaya berani dan siap untuk segera mengambil keputusan membeli.
Menurut anda, apakah hipnotis ini bisa benar-benar dimanfaatkan secara sehat dan maksimal dalam pengembangan bisnis seseorang?
Bisa! Gunakanlah hipnotis untuk menghipnotis diri Anda sendiri. Terutama untuk meng-install berbagai sikap positif, perilaku asertif, percaya diri, dll.
Hal apa yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku DS/MLM ?
Dalam dunia direct selling, beberapa tantangan terbesar seorang salesperson adalah :
1. Self motivating (selalu bisa memotivasi diri) dan self determination (punya goal yang jelas);
2. State management (selalu bisa mengelola kondisi pikiran dan mentalnya, yang akan menghadapi penolakan, keberatan, pelecehan, penghinaan dan ditinggalkan oleh grup).
3. Positive self image (selalu bisa melihat diri sendiri positif dan tidak melakukan self depreciation, atau self blaming, dst).
4. Positive Belief System (selalu percaya bahwa apa yang dijualnya adalah sesuatu yang positif, berguna, dan dalam rangka menolong orang lain supaya lebih baik, lebih mudah, lebih sukses kehidupannya - bukannya menjebak orang supaya membeli agar dirinya mendapat komisi.
5. Rapport Skill (selalu bisa memiliki kemampuan membina hubungan yang baik dengan mitra kerja dan prospek).
6. Persuasion skill dan handling objection.
Bisa dilihat, dari seluruh poin di atas, kita menggunakan hipnotis justru ditujukan pada diri si salesperson. Sedangkan hanya dua poin terakhir kita memanfaatkan pola bahasa hipnotis untuk mempengaruhi orang lain (dengan tujuan baik).
Saran anda bagi para penjual langsung yang ingin mencoba teknik hipnotis ini ?
Ikuti pelatihan atau dapatkan bimbingan dari coach atau trainer yang berlisensi jelas. Gunakan hipnotis untuk memperbaiki kualitas diri, jauh lebih penting dari pada untuk mempengaruhi prospek. Ingat pameo yang mengatakan “Prospect buy you, not your products”. Hindari membohongi prospek dengan cara apa pun, baik cara hipnotis maupun non hipnotis. Juallah produk yang memang berkualitas, sehingga tidak menjadi bumerang bagi Anda.

Hipnotis sering diidentikkan dengan kejahatan gendam. Apa bedanya ?
Pada prinsipnya untuk mengakses alam bawah sadar seseorang bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik. Semisal teknik verbal (sugesti), teknik relaksasi progresif, teknik penggunaan energi, teknik visualisasi, dan teknik mistik (supranatural, baik ilmu hitam maupun putih). Semua teknik diatas disebut sebagai teknik hipnotis.
Pada umumnya kesuksesan penggunaan teknik hipnotis memerlukan kerjasama antara penghinotis dan yang dihipnotis. Artinya seseorang bisa saja menolak untuk dihipnotis dengan cara ini. Sebenarnya tidak ada yang namanya orang menghipnotis orang lain. Yang sebenarnya adalah seseorang menghipnosis diri sendiri dengan dibantu oleh orang lain (penghipnotis) sebagai fasilitatornya. Semua proses hipnotis adalah self hypnosis, yang dipandu (difasilitasi) oleh seorang penghipnotis.
Sedangkan untuk teknik mistik, tidak diperlukan kerjasama antara penghipnotis dengan yang dihipnotis. Di sini pelaku menggunakan kekuatan supranaturalnya untuk mengakses alam bawah sadar orang lain. Umumnya teknik ini dikenal sebagai ilmu gendam, cablek, dan lain-lain yaitu menggunakan azimat dan mantra tertentu yang diperoleh melalui laku (ritual atau prosesi mistis) tertentu.
Memang ada juga kejahatan yang menggunakan hipnotis dan tidak menggunakan ilmu gendam (mistik), namun menggunakan kekuatan kata-kata. Biasanya ini dilakukan pada orang yang mudah dibuat bingung, saat di terminal, dan keramaian.

Hypnotisability dapat diartikan secara bebas sebagai “kemampuan untuk dapat memasuki kondisi hipnotis” atau kemampuan seorang memasuki “Hypnosis State”.
Dalam pengertian praktis, maka seseorang hanya dapat dihipnotis, jika memenuhi 3 persyaratan utama, yaitu :
1.Bersedia atau tidak menolakHipnotis terkait dengan pembukaan filter pikiran bawah sadar. Oleh karena itu jika seorang Subyek tidak nyaman atau menolak, secara otomatis filter pikiran bawah sadarnya akan tertutup.

2.Memahami komunikasiHipnotis adalah penanaman pengertian yang dibentuk melalui komunikasi verbal dan non verbal. Jika seseorang memiliki gangguan panca indera (misal : gangguan pendengaran), maka sulit untuk menerima proses hipnotis. Demikian juga jika kata-kata kalimat dari Hypnotist tidak dipahami oleh Subyek, maka Subyek akan sulit untuk memasuki kondisi hipnotis.

3.Memiliki kemampuan untuk fokusSalah satu faktor penting yang dapat mempermudah pembukaan filter pikiran bawah sadar adalah fokus. Oleh karena itu bagi Subyek yang memiliki kesulitan serius dalam fokus, sulit untuk dipandu memasuki kondisi hipnotis.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami dengan jelas bahwa hipnotis membutuhkan kerjasama yang baik antara Subyek dengan Hypnotist. Bahkan dapat dikatakan bahwa Subyek memegang peranan utama, oleh karena itulah disebut sebagai “Subyek”.
Apakah hipnoterapi Itu?
Hipnoterapi adalah suatu teknik terapi pikiran menggunakan hipnotis. Sedangkan hipnotis bisa diartikan sebagai ilmu untuk memberi sugesti atau perintah kepada pikiran bawah sadar. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi disebut "hypnotherapist".

Apa bedanya Hipnoterapi dan Stage Hypnosis?
Meskipun sama-sama menggunakan hipnotis sebagai sarananya, hipnoterapi sangat berbeda dengan stage hypnosis (hipnotis untuk pertunjukan atau permainan seperti yang Anda lihat di Televisi). Dalam stage hypnosis subyek dihipnotis untuk diberi perintah lucu yang sifatnya sementara, misalnya subyek diperintahkan tidak bisa bangun dari tempat duduk, lupa nama sendiri, halusinasi, melihat sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dan semacamnya.
Sedangkan dalam hipnoterapi, tujuan klien adalah menyelesaikan masalah atau meningkatkan kemampuan diri, yang mana hasil dari hipnoterapi diharapkan bisa bertahan untuk selamanya. Maka dari itu teknik yang digunakan pun berbeda. Dalam hipnoterapi Anda tidak hanya duduk diam dan mendengarkan sugesti dari Pak Indra. Ketika hipnoterapi berlangsung, pikiran Anda akan diajak berdiskusi untuk menyelesaikan masalah yang Anda hadapi. Hipnoterapi tidak sama dengan stage hypnosis yang sifatnya main perintah saja dan ahli hipnotis terlihat sok berkuasa. Dalam hipnoterapi, klien dan hypnotherapist bekerja sama untuk meraih tujuan.
Hipnoterapi yang dilakukan Pak Indra bukan untuk supaya Anda melakukan sesuatu sesesuai keinginan Pak Indra, melainkan agar Anda bisa mencapai keinginan Anda sendiri. Anda tidak akan dibuat tidak sadar atau tidak berdaya, melainkan Anda akan dibimbing supaya Anda bisa menyadari kekuatan diri Anda sendiri sehingga masalah yang Anda alami bisa Anda atasi sendiri dengan menggunakan kebijaksanaan dan kekuatan Pikiran Bawah Sadar Anda.

Apakah semua hypnotherapist sama?
Seseorang yang bisa menghipnotis belum tentu bisa melakukan hipnoterapi dengan benar dan efektif, dan juga tidak semua orang yang mengaku sebagai "hypnotherapist" punya kemampuan yang sama baiknya. Maka dari itu, Anda harus pandai-pandai memilih hypnotherapist yang kompeten dan bisa diandalkan. Baca lebih lanjut tentang hal ini

Seperti apa rasanya dalam kondisi hipnotis?
Banyak orang yang belum tahu hipnotis, menganggap bahwa kondisi hipnotis itu sama dengan tidur atau pingsan. Sebenarnya, kondisi hipnotis adalah kondisi relaksasi pikiran yang biasanya disertai relaksasi tubuh seperti ketika Anda merilekskan tubuh Anda menuju tidur di malam hari. Ketika Anda dihipnotis, Anda akan merasakan seluruh tubuh rileks, pikiran fokus, perasaan damai, dan Anda tetap bisa mendengar suara di sekitar Anda.

Apakah hipnotis sama dengan menguasai pikiran orang lain?
TIDAK. Misalkan saya menghipnotis Anda. Meskipun Anda berada dalam kondisi hipnotis, bukan berarti Anda akan melaksanakan semua perintah saya. Pikiran bawah sadar tetap melindungi Anda dari sugesti yang merugikan dan melanggar keyakinan yang Anda anut. Misalnya, saya memerintahkan Anda untuk memotong jari Anda sendiri atau meludahi kitab suci agama Anda, maka Anda pasti menolak, bahkan Anda langsung terbangun dari hipnotis. Jika saya menghipnotis Anda, bukan berarti saya menguasai pikiran Anda. Memang benar sugesti saya akan sangat kuat pengaruhnya pada pikiran dan tubuh Anda, tetapi hanya sugesti yang tidak merugikan dan tidak melanggar keyakinan Anda.

Apakah hipnotis bisa digunakan untuk kejahatan?
TIDAK. Hasil penelitian oleh para pakar hipnotis menyatakan bahwa hipnotis tidak bisa digunakan untuk kejahatan. Aksi kejahatan yang sering diberitakan sebagai "kejahatan hipnotis" sebenarnya tidak menggunakan hipnotis. Media masa dan masyarakat menyebut-nya sebagai hipnotis karena mereka belum tahu hipnotis yang sebenarnya. Menurut pengamatan saya, aksi-aksi kejahatan yang diberitakan sebagai "kejahatan hipnotis itu" tidak lain hanya penipuan atau perampasan yang menggunakan obat tidur / obat bius.

Apakah hipnotis menggunakan kekuatan supranatural?
TIDAK. Hipnotis adalah ilmu pengetahuan ilmiah walaupun terlihat misterius bagi orang yang belum mengenalnya. Seorang ahli hipnotis tidak memakai kekuatan supranatural, gaib, mistik, atau bantuan makhluk halus. Hipnotis menggunakan sugesti atau pengaruh kata-kata yang disampaikan dengan teknik-teknik tertentu. Satu-satunya kekuatan dalam hipnotis adalah komunikasi. Saya hanya bisa menghipnotis Anda jika Anda memahami bahasa yang saya gunakan. Saya tidak bisa menghipnotis orang Inggris dengan Bahasa Indonesia, kecuali orang Inggris itu paham Bahasa Indonesia.

Apa syarat orang yang bisa dihipnotis?
Banyak orang menganggap bahwa orang yang bisa dihipnotis adalah orang yang bodoh atau lemah pikirannya. Ini adalah anggapan yang salah. Faktanya, seseorang hanya bisa dihipnotis apabila orang tersebut cukup cerdas, mampu berkonsentrasi dan bisa berimajinasi. Hypnosis tidak bisa diterapkan kepada orang gila, idiot, orang tuli, atau anak kecil yang belum bisa berkomunikasi dua arah. Semakin cerdas seseorang semakin mudah dihipnotis. Jadi, jangan gembira kalau Anda merasa tidak akan bisa dihipnotis.

Apakah hipnotis bisa digunakan untuk memaksa orang lain?
Hipnotis tidak bisa terjadi karena paksaan. Seseorang hanya bisa terhipnotis apabila dia mau mengikuti perintah sang ahli hipnotis. Hipnotis adalah teknik persuasi atau seni berkomunikasi untuk membujuk seseorang melakukan apa yang kita perintahkan. Jika Anda memperhatikan pertujunjukan hipnotis di Televisi, seseorang yang akan dihipnotis adalah orang yang bersedia dihipnotis dan bersedia tampil dalam acara Televisi. Mereka (orang yang dihipnotis) tahu kalau akan dihipnotis dan tahu dirinya sedang disorot kamera. Dari awal mereka sudah bersedia mengikuti perintah sang ahli hipnotis. Mereka pun sudah tahu bahwa mungkin mereka akan "dipermainkan" apabila mereka mau dihipnotis. Namun karena mereka ingin masuk Televisi atau karena ingin mencoba rasanya dihipnotis atau karena motivasi lainnya (misalnya imbalan uang), maka mereka bersedia "dipermainkan".

Apa bedanya hypnosis, hipnosis, hipnotis, dan hipnotisme?
Tidak ada bedanya. Semua itu hanya perbedaan istilah saja. Semua kata di atas merujuk pada pengertian yang sama, yaitu: ilmu untuk memberi sugesti atau perintah kepada pikiran bawah sadar secara langsung.

Apakah saya akan selalu jujur ketika dalam kondisi hipnotis?
Anda tetap bisa berbohong walaupun dalam kondisi hipnotis. Bahkan Anda bisa membuat kebohongan lebih sempurna dibanding ketika sadar, karena kondisi hipnotis membuat Anda semakin kreatif, termasuk kreatif mengarang cerita. Dalam kondisi hipnotis, apabila seseorang bertanya tentang rahasia pribadi yang tidak ingin Anda beberkan, maka pikiran bawah sadar tidak mau menjawab.

Apa saja manfaat hipnoterapi?
Sangat banyak manfaat hipnotis. Saya tidak bisa membatasi apa saja yang bisa atau tidak bisa dibantu dengan hipnoterapi. Karena hipnoterapi adalah ilmu untuk mengeksplorasi kekuatan pikiran, maka segala masalah yang berkaitan dengan pikiran dan perasaan bisa dibantu dengan hipnoterapi. Kunci perubahan ada di Pikiran Bawah Sadar. Anda bisa menjadi apapun yang Anda inginkan, asalkan Anda bisa merubah program yang ada di Pikiran Bawah Sadar Anda.
Berbagai manfaat hipnoterapi bisa Anda baca

Apa efek samping setelah dihipnotis atau mengikuti hipnoterapi?
Hipnotis dan hipnoterapi sangat aman apabila dilakukan oleh orang yang benar-benar memahami bidang ini. Sama sekali tidak ada efek samping yang merugikan apabila Anda dihipnotis atau mengikuti hipnoterapi. Mungkin Anda takut tidak bisa bangun dari hipnotis atau takut akan kehilangan ingatan Anda setelah bangun dari kondisi hipnotis. Namun faktanya, tidak pernah ada orang yang tidak bisa bangun dari hipnotis atau menjadi lupa ingatan karena hipnotis..

Apa hubungannya hipnotis dengan arloji atau pendulum?
Para ahli hipnotis jaman dulu menggunakan pendulum atau arloji seperti gambar disamping untuk memfokuskan perhatian orang yang akan dihipnotis. Oleh karena itulah arloji menjadi ikon hipnotis sampai sekarang. Namun , pada prakteknya, para ahli hipnotis saat itu sudah jarang yang menggunakan arloji sebagai alat untuk menghipnotis. Saya pun tidak pernah menggunakannya karena saya rasa kurang praktis, dan dengan ilmu hipnotis yang berkembang pesat sampai saat ini, saya bisa menghipnotis orang lain tanpa peralatan apapun dalam waktu cepat.

Apa yang dimaksud Pikiran Sadar dan Pikiran Bawah Sadar?

Manusia punya satu pikiran yang prosesnya terdiri dari dua bagian. Pikiran Sadar adalah proses mental yang bisa Anda kendalikan dengan sengaja. Pikiran Bawah Sadar adalah proses mental yang berfungsi secara otomatis sehingga Anda tidak menyadarinya dan sulit untuk dikendalikan secara sengaja.

Pikiran sadar mempunyai 4 fungsi utama, yaitu: mengenali informasi yang masuk dari pancar indra, membandingkan dengan memori kita, menganalisa, dan kemudian memutuskan respon spesifik terhadap informasi tersebut. Sedangkan pikiran bawah sadar berfungsi memproses kebiasaan, perasaan, memori permanen, kepribadian, intuisi, kreativitas, dan keyakinan.

Pengaruh pikiran bawah sadar terhadap diri kita adalah 9 kali lebih kuat dibandingkan pikiran sadar. Itulah mengapa banyak orang yang sulit berubah meskipun secara sadar mereka sangat ingin berubah. Apabila terjadi pertentangan keinginan antara pikiran sadar dan bawah sadar, maka pikiran bawah sadar selalu menjadi pemenangnya.

Misalnya, sebagian besar perokok tahu bahwa merokok itu merugikan. Bahkan tidak sedikit yang ingin berhenti merokok. Namun mereka seolah tidak bisa lepas dari rokok, meskipun segala usaha telah dilakukan. Hal ini terjadi karena pikiran bawah sadarnya selalu menginginkan rokok. Tidak peduli sekuat apapun pikiran sadar berusaha menolak rokok, selama pikiran bawah sadarnya masih suka rokok, maka berhenti merokok adalah hal yang mustahil.

Selasa, 08 Desember 2009

HYPNOSIS

Apa itu Hipnosis? Apakah sama dengan "HYPNOTIS", sebetulnya bagaimana menghipnosis dan knapa kita bisa terhipnosis, Apakah kita perlu dan bolehkah mempelajari hypnosis, Bagaimanakah pendapat para ulama tentang hypnosis Haram...?????? Mari kita sama-sama belajar dan mencari tahu semuanya.

Senin, 07 Desember 2009

KONSEP HOMECARE KAB.CILACAP

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah.

Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang mendorong perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerluka ijin oprasional.

Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah atara lain : Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan ,tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah

B. Landasan Hukum

1. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat
6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta

II. KONSEP HOME CARE

A. Pengertian Home Care

Pelayanan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien di rumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan keterampian teknikal tertentu yang berasal dari spesalisasi kesehatan tertentu, yang befokus pada asuhan keperawatan individu dengan melibatkan keluarga , dengan tujuan menyembuhkan, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik, mental/ emosi pasien.

B. Tujuan Home Care

Umum : Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
Khusus : 1. Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual ) secara mandiri.
2. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah

C. Ruang Lingkup Home Care.

1. Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif
2. Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya.
3. Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga

D. Prinsip Home Care

1. Pengelolaan home care dilaksanaka oleh perawat
2. Pelaksana Home Care adalah terdiri dari profesi kesehatan yang ada ( dokter,bidan , perawat,ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga profesi yang lan ).
3. 3 .Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
4. Mengumpulkan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
5. Menggunakan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan dalam menetakan diagnosa.
6. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada kebutuhan dasar pasien .
7. Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
8. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan, medik dan lainnya.
9. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen kasus.
10. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
11. 10.Mengembankan kemampuan profesional.
12. 11.Berpartisifasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
13. 12.Menggunakan kode etik profesi dalam melaksanakan pelayanan di home care .

E. Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.

a. Perawat

1. Manajer kasus : Mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan,dengan fungsi :
a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga.
b. Menyusun rencana pelayanan.
c. Mengkoordinir aktifitas tim
d. Memantau kualitas pelayanan
e. Melaksanakan kolaborasi dengan profesi kesehat yang lain

2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan. dengan fungsi :
a. a. Melakukan pengkajian komprehensif
f. b. Menetapkan masalah
b. c. Menyusun rencana keperawatan
c. d. Melakukan tindakan perawatan
d. e. Melaksanakan tindakan kolaborasi.
e. e. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien.
f. f. Membantu pasien dalam mengembangkan perilaku koping yang efektif.
g. g. Melibatkan keluarga dalam pelayanan
h. h. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
i. i. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan.
j. j. Mendokumentasikan asuhan keperawatan.

b. Dokter
a. Melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
b. Menentukan diagnose medik.
c. Memberikan therapie
d. Melakukan tindakan medik
e. Memberikan layanan rujukan medik.
f. Mendokumentasi tindakan dan therapi medik pada Catatan Medik pasien .
c. Bidan
a. Melakukan pengkajian komprehensif
b. Menetapkan masalah
c. Menyusun rencana kebidanan.
d. Melakukan tindakan kebidanan.
e. Melaksanakan tindakan kolaborasi.
e. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien.
g. Melibatkan keluarga dalam pelayanan
h. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
i. Melakukan evaluasi terhadap asuhan kebidanan ..
j. Mendokumentasikan asuhan kebidanan..

d. Apoteker
a. Memberikan obat sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Mengtur distribusi obat .
c. Merencanakan kebutuhan obat.
d. Mendokumentasikan pemasukan dan pengeluaran obat.

e. Sanitarian / survelen.
a. Melakukan pengkajian .
b. Menetapkan masalah
c. Menyusun rencana pemecahan masalah kesehatan lingkungan .
d. Memberikan bantuan tehnis kesehatan lingkungan .
h. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
i. Melakukan evaluasi..
j. Mendokumentasikan tindakan.

f. Tenaga Gizi.
a. Melakukan pengkajian kebutuhan nutrisi.
b. Menetapkan masalah nutrisi
c. Menyusun rencana pemecahan masalah nutrisi .
d. Memberikan bantuan tehnis tentang kebutuhan nutrisi .
h. Membimbing atau konseling pada pasien dan semua anggota keluarga dalam masalah nutrisi.
i. Melakukan evaluasi .
j. Mendokumentasikan tindakan.

g. Tenaga Fisioterapis.

a. Melakukan pengkajian masalah gangguan fungsi tubuh. ( pasca cedera dll )
b. Menetapkan masalah gangguan fungsi tubuh
c. Menyusun rencana pemecahan masalah gangguan fungsi tubuh
d. Memberikan bantuan tehnis tentang latihan – latihan pemulihan .
h. Membimbing atau konseling pada pasien dan semua anggota keluarga dalam masalah gangguan fungsi tubuh dan latihan – latihan pemulihan
i. Melakukan evaluasi latihan – latihan pemulihan.
j. Mendokumentasikan tindakan.



III. KEGIATAN HOME CARE

A. Manajemen Kasus Home Care

1. Melakukan seleksi kasus
a. Resiko tinggi ( Bayi, balita, lansia, ibu maternal )
b. Cidera tulang belakang cidera kepala
c. Coma, Diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat
d. Stroke
e. Amputasi
f. Ketergantungan obat
g. Luka kronis
h. Disfungsi kandung kemih
i. Rehabilitasi medik
j. Nutrisi melalui infus
k. Post partum dan masalah reproduksi
l. Psikiatri
m. Kekerasan dalam rumah tangga.

2. Melakukan pengkajian kebutuhan pasien.
a. Kondisi fisik
b. Kondisi psikologis
c. Status sosial ekonomi
d. Pola prilaku pasien
e. Sumber- sumber yang tersedia di keluarga pasien

3. Membuat perencanaan pelayanan
a. Membuat rencana kunjungan
b. Membuat rencana tindakan
c. Menyeleksi sumber- sumber yang tersedia di keluarga / masyarakat.

4. Melakukan koordinasi pelayanan
a. Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
b. Membuat perjanjian kepada pasien da keluarga tentang pelayanan
c. Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
d. Melakukan rujukan pasien

5. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan.
a. Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
b. Menilai hasil akhir pelayanan ( sembuh, rujuk, meninggal, menolak )
c. Mengevaluasi proses manajemen kasus
d. Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur

B. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
a. Riayat kesehatan
b. Lingkungan sosial dan budaya
c. Spiritual
d. Pemeriksaan fisik
e. Kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan se- hari- hari
f. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
a. Aktual
b. Resiko
c. Potensial

3. Perencanaan keperawatan
a. Penentuan prioritas masalah
b. Menentukan tujuan
c. Menyusun rencana secara komprehensif.

4. Implementasi
a. Manajemen perawatan luka
b. Perawatan gangguan sistem pernafasan
c. Gangguan eleminasi
d. Gangguan Nurisi
e. Kegiatan rehabilitasi
f. Pelaksanaan pengobatan
g. Tindakan Kolaborasi

5. Evaluasi
a. Mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan
b. Dilaksanakan selama proses dan akhir peberian asuhan.

C. Pencatanan dan Pelaporan home care

1. Pencatatan Manajemen kasus
a. Persetujuan pasien
b. Jadwal kunjungan
c. Lembar pengobatan
d. Tindakan tim
e. Rujukan kasus
f. Penghentian perawatan

2. Pencatatan pelaksanaan asuhan keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
b. Perencanaan asuhan
c. Evaluasi asuhan

3. Alur Pelaporan
a. Home Care
b. Dinkes Kab.
c. Dinkes Prov
d. Depkes

4. Materi laporan
a. Jumlah pasien
b. Jenis penyakit
c. Frekuensi kunjunagn tiap kasus
d. Jumlah pasien dapat pengobatan
e. Jumlah pasien yang dirujuk
f. Jumlah pasien yang meninggal
g. Penyebab kematian
h. Tingkat keberhasilan /kemandiian pasien
i. Jenis tenaga yang memberi pelayanan

IV. TATALAKSANA HOME CARE

A. Prasyarat Penyelenggara Home Care

1. Ketenagaan
a. Manajer kasus, dengan kwalifikasi :
-. Minimal D.III
-. Pemegang sertifikat pelatihan home care
-. Pengalaman kerja minimal 3 tahun
-. Memiliki SIP,SIK,SIPP

b. Pelaksana pelayanan, dengan kwalifikasi :
-. Minimal D.III
-. Pemegang sertifikat pelatihan home care
-. Pengalaman kerja minimal 3 tahun
-. Memiliki SIP,SIK,SIPP

2. Alat/ sarana
a. Alat kesehatan
-. Tas/ kit
-. Pemeriksaan fisik
-. Set perawatan luka
-. Set emergency
-. Set pemasangan selang lambung
-. Set huknah
-. Set memandikan
-. Set pengambilan preparat
-. Set pemeriksaan lab. sederhana
-. Set infus/ injeksi
-. Sterilisator
-. Pot/ urinal
-. Tiang infus
-. Tempat tidur khusus orang sakit
-. Pengisap lendir
-. Perlengkapan oxigen
-. Kursi roda
-. Tongkat/ tripot
-. Perlak/ alat tenun

b. Alat habis pakai
-. Obat emergency
-. Perawatan luka
-. Suntik/ pengamian darah
-. Untuk infus
-. Pemasagan selang lambung
-. Huknah, selang lambung, kateter
-. Sarung tangan, masker
-. Dll

c. Sarana lain
-. Alat dan media pendidikan kesehatan
-. Ruangan beserta perlengkapannya
-. Kendaraan
-. Alat komunikasi
-. Alat informasi/ dokumentasi

3. Perijinan Home Care
a. Berbadan hukum ( yayasan, badan hukum lainnya )
b. Permohonan ijin ke Dinkes kabupaten/ Kota, dengan melmapirkan:
-. Rekomendasi PPNI
-. Ijin prakik perawat ( SP, SIK, SIPP )
-. Persyaratan peralatan kesehatan dan sarana komunikasi dan transportasi
-. Ijin lokasi bangunan
- .Ijin lingkungan
-. Ijin usaha
-. Persyaratan tata ruang bangunan

B. Mekanisma Pelayanan Home Care

1. Proses penerimaan kasus
a. Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas, sarana lain, keluarga
b. Pimpinan home care menunjuk menejer kasus untuk mengelola kasus
c. Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus

2. Proses pelayanan home care
a. Persiapan
-. Pastikan identitas pasien
-. Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien
-. Lengkap kartu identitas unit tempat kerja
-. Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah
-. Siapkan file asuhan keperawatan
-. Siapkan alat bantu media untuk pendidikan

b. Pelaksanaan
-. Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan.
-. Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat
-. Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien
-. Membuat rencana pelayanan
-. Lakukan perawatan langsung
-. Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll
-. Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan
-. Dokumentasikan kegiatan

c. Monitoring dan evaluasi
-. Keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal
-. Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan
-. Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksanan

d. Proses penghentian pelayanan home care, dengan kreteria :
-. Tercapai sesuai tujuan
-. Kondisi pasien stabil
-. Program rehabilitasi tercapai secara maximal
-. Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien
-. Pasien di rujuk
-. Pasien menolak pelayanan lanjutan
-. Pasien meninggal dunia

C. Pembiayaan Home Care

1. Prinsip penentuan tarip
a. Pemerintah/ masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara kesehatan
b. Disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi
c. Mempertimbangkan masyarakat bepenghasilan rendah/ asas gotong royong
d. Pembayaran dengan asuransi ditetapkan atas dasar saling membantu
e. Mencakup seluruh unsur pelayanan secara proporsional

2. Jenis pelayanan yang kena tarip
a. Jasa pelayanan tenaga kesehatan
b. Imbalan atas pemakaian sarana kesehatan yang digunakan langsung oleh pasien
c. Dana transportasi untuk kunjungan pasien

V. PEMANTAUAN, PEMBINAAN DAN PENILAIAN

A. Pemantauan Home Care
a. Aspek fisik
b. Manajerial
c. Sumber daya
d. Pelayanan
e. Pembiayaan

B. Pembinaan Home Care
a. Aspek fisik
b. Manajerial
c. Sumber daya
d. Pelayanan
e. Pembiayaan

C. Penilaian Home Care
a. Kelengkapan dokumen
b. Kesesuaian pelayanan dari berbagai profesi
c. Kepuasan pelanggan
d. Kemandirian pasien/ keluarga

Jumat, 31 Juli 2009

POSITIVE PRESSURE VENTILATOR

PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN

Beberapa ventilator tekanan positif saat ini sudah dilengkapi sistim komputer dengan panel kontrol yang mudah dioperasikan (user-friendly). Untuk mengaktifkan beberapa mode, setting dan alarm, cukup dengan menekan tombol. Selain itu dilengkapi dengan layar monitor yang menampilkan apa yang kita setting dan parameter alarm.

Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa ventilator, menyediakan back up batere, namun batere tidak di disain untuk pemakaian jangka lama. Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan hidup (life - support); sebab jika ventilator berhenti bekerja maka pasien akan meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag di samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika ventilator stop dapat langsung dilakukan manual ventilasi.

Ketika ventilator dihidupkan, ventilator akan melakukan self-test untuk memastikan apakah ventilator bekerja dengan baik. Tubing ventilator harus diganti setiap 24 jam dan biarkan ventilator melakukan self-test lagi. Filter bakteri dan water trap harus di periksa terhadap sumbatan, dan harus tetap kering. Namun perlu diingat bahwa penanbahan filter dapat meningkatkan dead space.


SETTING VENTILATOR

Setting ventilator biasanya berbeda-beda tergantung pasien. Semua ventilator di disain untuk memonitor komponen2 dari keadaan sistim respirasi (paru-paru) pasien. Beberapa alarm dan parameter dapat disetting untuk mengingatkan perawat/dokter bahwa pasien tidak cocok dengan setting atau menunjukkan keadaan berbahaya.

Respiratory Rate (RR)

Frekuensi nafas (RR) adalah jumlah nafas yang diberikan ke pasien setiap menitnya. Setting RR tergantung dari TV, jenis kelainan paru pasien, dan target PaCO2 pasien. Parameter alarm RR di set diatas dan di bawah nilai RR yang diset. Misalnya jika set RR 10 kali/menit, maka set alarm sebaiknya diatas 12x/menit dan di bawah 8 x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.

Pada pasien2 dgn asma (obstruktif), RR sebaiknya diset antara 6-8 x/menit, agar tidak terjadi auto-PEEP dan dynamic-hyperinflation. Selain itu pasien2 PPOK memang sudah terbiasa dengan PaCO2 tinggi, sehingga PaCO2 jangan terlalu rendah/normal.

Pada pasien2 dengan PPOK (resktriktif) biasanya tolerate dengan RR 12-20 x/menit. Sedangkan untuk pasien normal RR biasanya 8-12 x/menit.

Waktu (time) merupakan variabel yg mengatur siklus respirasi. Contoh: Setting RR 10 x/menit, maka siklus respirasi (Ttotal) adalah 60/10 = 6 detik. Berarti siklus respirasi (inspirasi + ekspirasi) harus berlangsung dibawah 6 detik.

Tidal Volume (VT)

Tidal Volume adalah volume gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap sekali nafas. Umumnya setting antara 5-15 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dgn paru normal tolerate dgn tidal volume 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Untuk pasien ARDS memakai konsep permissive hipercapnea (membiarkan PaCO2 tinggi > 45 mmHg, asal PaO2 normal, dgn cara menurunkan tidal volume yaitu 4-6 cc/kgBB) Tidal volume rendah ini dimaksudkan agar terhindar dari barotrauma. Parameter alarm tidal volume diset diatas dan dia bawah nilai yg kita set. Monitoring tidal volume sangat perlu jika kita memakai TIME Cycled.

Fraksi Oksigen, (FiO2)

FiO2 adalah jumlah oksigen yg dihantarkan/diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasi berkisar 21-100%. Rekomendasi untuk setting FiO2 pada awal pemasangan ventilator adalah 100%. Namun pemberian 100% tidak boleh terlalu lama sebab rersiko oxygen toxicity (keracunan oksigen) akan meningkat. Keracunan O2 menyebabkan perubahan struktur membrane alveolar-capillary, edema paru, atelektasis, dan penurunan PaO2 yg refrakter (ARDS). Setelah pasien stabil, FiO2 dapat di weaning bertahap berdasarkan pulse oksimetri dan Astrup. Catatan; setiap tindakan suctioning (terutama pd pasien hipoksemia berat), bronkoskopi, chest fisioterapi, atau prosedur berat (stres) dan waktu transport (CT scan dll) FiO2 harus 100% selama 15 menit serta menambahkan 20-30% dari pressure atau TV sebelumnya, sebelum prosedur dilakukan. Namun pada pasien-pasien dengan hipoksemia berat karena ARDS skor tinggi, atau atelektasis berat yang sedang menggunakan PEEP tinggi sebaiknya jangan di suction atau dilakukan prosedur bronkoskopi dahulu, sebab pada saat PEEP dilepas maka paru akan segera kolaps kembali dan sulit mengembangkannya lagi.

Inspirasi:Ekspirasi (I:E) Ratio

I:E rasio biasanya diset 1:2 atau 1:1.5 yang merupakan nilai normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Terkadang diperlukan fase inspirasi yg sama atau lebih lama dibanding ekspirasi untuk menaikkan PaO2, seperti pada ARDS, berkisar 1:1 sampai 4:1.
Pressure Limit/ Pressure Inspirasi

Pressure limit mengatur/membatasi jumlah pressure/tekanan dari volume cycled ventilator, sebab pressure yg tinggi dapat menyebabkan barotrauma. Pressure yg direkomendasi adalah plateau pressure tidak boleh melebihi 35 cmH2O. Jika limit ini dicapai maka secara otomatis ventilator menghentikan hantarannya, dan alarm berbunyi. Pressure limit yang tercapai ini biasanya disebabkan oleh adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas, retensi sputum di ETT atau penguapan air di sirkuit ventilator. Biasanya akan normal lagi setelah suctioning. Peningkatan pressure ini juga dapat terjadi karena pasien batuk, ETT digigit, fighting terhadap ventilator, atau kinking pada tubing ventilator.

Flow Rate/ Peak flow

Adalah kecepatan gas untuk menghantarkan tidal volume yg diset/menit. Biasanya setting antara 40-100 L/menit.
Inspiratory flow rate merupakan fungsi dari RR, TV dan I:E rasio
Flow = Liter/menit = TV/TInspirasi x 60
Jika RR 20x/menit maka: Ttotal = 60/20 = 3 detik. Jika rasio 1:2 ,
Tinspirasi = 1 detik. Untuk menghantarkan tidal volume (TV) 500 cc diperlukan Inspiratory flow rate = 0.5/1 x 60 = 30 Liter/menit.

Sensitifity/Trigger

Sensitivity menentukan jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk memulai/mentrigger inspirasi dari ventilator. Setting dapat berupa flow atau pressure. Flow biasanya lebih baik untuk pasien yang sudah bernafas spontan dan memakai PS/Spontan/ASB karena dapat megurangi kerja nafas/work of breathing. Selain itu pada pasien PPOK penggunaan flow sensitiviti lebih baik karena pada PPOK sudah terdapat intrinsic PEEP pada paru pasien sehingga pemakaian pressure sensitiviti kurang menguntungkan. Nilai sensitivity berkisar 2 sampai -20 cmH2O untuk pressure sedangkan untuk flow antara 2-20 L/menit. Jika PaCO2 pasien perlu dipertahankan konstan, misalnya pada resusitasi otak, maka setting dapat dibuat tidak sensitif. Dengan demikian setiap usaha nafas pasien tidak akan dibantu oleh ventilator. Pada keadaan ini perlu diberikan sedasi dan pelumpuh otot (muscle relaksan) karena pasien akan merasa tidak nyaman sewaktu bangun. Namun jika memakai mode assisted atau SIM atau spontan/PS/ASB, trigger harus dibuat sensitif.

PEEP (Positive End Expiratory Pressure)

PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan PaO2 yg refrakter. Nilai PEEP selalu dimulai dari 5 cmH2O. Setiap perubahan pada PEEP harus berdasarkan analisa gas darah, toleransi dari PEEP, kebutuhan FiO2 dan respon kardiovaskular. Jika PaO2 masih rendah sedangkan FiO2 sudah 60% maka PEEP merupakan pilihan utama sampai nilai 15 cmH2O
Fungsi PEEP:
Redistribusi cairan ekstravaskular paru
Meningkatkan volume alveolus
Mengembangkan alveoli yg kolaps
Setting alarm ventilator

Alarm Low exhaled volume
1. Set 100 cc dibawah nilai tidal volume ekspirasi, misalnya tidal volume ekspirasi 500 cc maka alarm diset 400 cc.
2. Akan berbunyi jika tidal volume pasien tidak adekuat
3. Biasanya digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim di ventilator atau terjadi disconnect sirkuit

Alarm Low Inspiratory Pressure
1. Sebaiknya diset 10-15 cmH2O dibawah PIP (Peak Inspiratory Pressure)
2. Akan berbunyi jika Pressure turun dibawah yang diset.
3. Juga digunakan untuk mendeteksi kebocoran sistim
4. Jika alarm ini berbunyi maka perlu dilakukan pemeriksaan pasien terhadap:
• Air di dalam sirkuit
• ETT kinking atau tergigit
• Sekresi dalam ETT
• Bronkospasme
• Pneumotoraks tension
• Low compliance (efusi pleura, edema paru akut, asites)
• Peningkatan airway resistance
• Batuk

Selasa, 12 Mei 2009

Cara Mengatasi Stress

Tips Sederhana Atasi Stress
Design By Must'R Kroya
Setiap insan pasti pernah menghadapi masalah dalam kesehariannya. ‘Bumbu kehidupan’ ini akan terus ada sampai kapanpun. Biarpun hanya masalah kecil namun tentu saja tidak dapat dibiarkan begitu saja. Bukankah permasalahan sepele kalau terus ditumpuk akan menjadi semakin berat?
Simak tips berikut ini guna mengurangi beban Anda sehingga dapat mencegah dan mengatasi stress :
• Lupakan sejenak permasalahan anda, singkirkan dan buang jauh untuk sementara waktu. Pergilah ke tempat atau ruang yang tenang selama setengah atau satu jam untuk santai.
• Alihkan perhatian Anda ke hal yang bisa melupakan beban pikiran, misalnya dengan berolah raga atau melakukan hal-hal lain yang menjadi minat Anda.
• Tidur sejenak juga bisa menyegarkan kembali pikiran dan badan Anda kembali.
• Memutar film komedi yang dapat memancing tawa Anda atau mendengarkan alunan musik yang membuat rileks, bernyanyi, melukis bisa mengurangi beban pikiran.
• Jika memang anda masih merasakan beban yang berat setelah beristirahat, tinggalkan permasalahan Anda. Kerjakan pekerjaan lain yang dapat Anda kerjakan hari ini.
• Mencurahkan isi hati anda kepada orang lain yang dapat Anda percaya juga dapat mengurangi beban pikiran.
• Menyerahkan segala masalah kepada Nya dengan berdoa dengan sepenuh hati adalah obat yang ampuh untuk menyegarkan jiwa Anda.
Semoga bermanfaat!
( matur nuwun)

Rabu, 01 April 2009

Peningkatan jenjang Pendidikan perawat dari D3 ke S1Keperawatan
Rekomendasi perlu koordinasi antara BKD dan BKN sehingga ada penyesuaian antara ijazah dengan jenjang karir tetap memfasilitasi konversi dari SPK menuju D3 Keperawatan
¨perlu “kontrak” kesepakatan antara organisasi profesi dengan institusi mengenai pengurangan jumlah institusi pendidikan D3 secara bertahap
¨secara bertahap jenjang karir pendidikan ditingkatkan menuju profesional ( S1 ) dengan tetap mempertimbangkan kebijakan pemerintah tentang pola ketenagaan
Banyaknya perawat yang hanya mengambil SKep
¤Rekomendasi :
nMerekomendasikan kepada Komite Uji Kompetensi untuk memberikan kewenangan yang berbeda antara Skep dengan Skep+Ners melalui uji kompetensi
nMelakukan sosialisasi dan rekomendasi kepada pemerintah (BKD/BKN) bahwa secara profesi sarjana keperawatan adalah SKep+Ners

¨Rekomendasi :
¤Uji pada perawat fresh graduate dilakukan melalui uji kompetensi Entry Level Examination / ELE secara tertulis.
¤Uji pada perawat yang sudah bekerja dilakukan di tempat kerja (Work Place Assesment / WPA ) pada tempat yang memenuhi Standar Tempat Uji Kompetensi (TUK)


¨Langkah – langkah Persiapan :
nSosialisasi bentuk ujian kepada pengurus PPNI Kabupaten /Kota
nMemberikan pembekalan kepada calon peserta uji dan try out

¨Rekomendasi :
¤Identifikasi jenis-jenis pelatihan sesuai area keperawatan
¤Melakukan pelatihan praktik keperawatan mandiri di rumah / home care nursing untuk menunjang praktik mandiri keperawatan

¨Rekomendasi :
¤Membentuk Tim pelatih di propinsi tentang home care nursing sehingga menjadi rujukan di daerah
¤Memberikan pemahaman dan sosialisasi tentang praktik mandiri

¨Rekomendasi :
¤Membentuk Tim pelatih di propinsi tentang home care nursing sehingga menjadi rujukan di daerah
¤Memberikan pemahaman dan sosialisasi tentang praktik mandiri

¨Rekomendasi :
¤Membentuk tim BSB di masing-masing kabupaten kota disesuaikan dengan alur komando

¨Rekomendasi :
¤Mensegerakan penyelesaian SIP yang bermasalah
¤SIP diterbitkan dengan nomor registrasi yang sudah ada ( yang sudah pernah diterbitkan )
HASIL SIDANG KOMISI . A
Bidang organisasi, hukum dan pemberdayaan politik

1. PENDATAAN ANGGOTA
Ø Up Date bersama sampai pada akhir bulan Mei (30 mei 2009)
Ø Pemutakhiran data dilakukan setiap tahun sekali pada bulan Desember
Ø FORMAT : (SESUAI FORMAT DARI DINKES PROP)
NO
NAMA
TTL
SEX
PENDK
INSTASI
STATUS KEPEG.
KETER.
2. IURAN ANGGOTA
Ø besarnya iuran anggota tidak ada perubahan /sesuai dengan ketentuan yang ada dalam AD/ART PPNI.
Ø Iuran anggota dibayarkan setiap 6 (enam) bulan sekali yaitu bulan Juli dan bulan Desember )
Ø Untuk kekurangan pembayaran sebelum tahun 2009 merupakan tanggungan PPNI Kab/Kota dan untuk segera dibayarkan

3. PENGAWALAN SIP
Ø Mengusulkan rekomendasi pengesahan standart kompetensi/Juknis ke Ka Dinkes Prop. Untuk penerbitan SIPP

4. PERSIAPAN MUNAS
Ø Jumlah anggota yang dikirimkan masing-masing Kab. Minimal 1 (satu) orang
Ø Perkiraan biaya munas per orang + Rp 2000.000 (dua juta rupiah)
Ø Waktu : diperkirakan pada bulan Juli 2010
Ø Materi / agenda / usulan :
pembahasan perubahan AD/ART
pembahasan program kerja
usulan perubahan materi dari masing-masing kabupaten/kota dikumpulkan paling lambat akhir bulan Agustus 09 (harus sudah masuk di secretariat PPNI Prop)
mengagendakan personil pengurus Prop.untuk dapat masuk di kepengurusan PPNI Pusat.

5. UU KEPERAWATAN :
Ø Bargaining politik kepada konstituen diserahkan kepada masing-masing Kab./ kota
Ø Penggalangan dana disesuaikan dengan kebutuhan
Ø Membangun opini public (audiensi,media elektronik,cetak)

6. Membentuk koligium Advokasi profesi di PPNI Propinsi dengan biaya di tanggung bersama oleh semua PPNI Kab/ Kota

Senin, 30 Maret 2009

Undangan

K e p a d a Yth.
1. Pengurus PPNI Kab. Cilacap
2. Ketua Komisariat PPNI se-
Kabupaten Cilacap
3. Perwakilan Puskesmas
di
T E M P A T



Mengharap atas kehadirannya pada rapat pengurus yang akan dilaksanakan pada :

Hari / tanggal : R a b u, 08 April 2009.
W a k t u : Pukul 11.00 Wib.
Tempat : Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.
A c a r a :
1. Evaluasi Pembangunan Kantor Sekretariat PPNI Kab. Cilacap.
2. Penyampaian Hasil RAKERPOP PPNI JawaTengah Tahun 2009.
3. Pembahasan Praktek Mandiri Perawat.
C a t a t a n :
1. Bagi Ketua Komisariat dimohon mengikutsertakan
Sekretaris, Bendahara dan Sie Organisasi.
2. Mengingat pentingnya acara tersebut dimohon hadir
tepat waktu dan tidak mewakilkan.

Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan banyak terimakasih.


Ketua
H. Muhdir, S.Pd, S. Kep, M. Kes

Kamis, 12 Maret 2009

INSTRUKSI KETUA UMUM PPNI PUSAT

Instruksi Kegiatan HUT PPNI 17 Maret 2009
Sehubungan dengan Hari Ulang Tahun PPNI tanggal 17 Maret 2009, perlu dijadikan momentum untuk mendorong perjuangan mensukseskan Undang-undang Keperawatan agar segera dibahas dan di syahkan yang saat ini sudah berada di BALEG DPR RI, menjalin solidaritas antar perawat dan pengabdian pada klien/masyarakat. Untuk itu diinstruksikan kepada Pengurus Propinsi dan meneruskan instruksi ini ke tingkat Kabupaten/Kota dan Komisariat agar mengadakan Kegiatan Nasional yang menyeluruh dan serentak dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pada tanggal 17 Maret 2009 seluruh perawat/anggota PPNI di seluruh Indonesia mengenakan PITA PUTIH di LENGAN KIRI yang bertuliskan "SUKSESKAN UU KEPERAWATAN"
2. Pada tanggal 17 Maret 2009 seluruh pengurus PPNI dari tingkat Propinsi sampai dengan Komisariat mengadakan kegiatan berupa kegiatan yang bermanfaat langsung bagi klien/masyarakat/pasien sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat. (contoh : Penyuluhan kesehatan, penanganan bencana, membebaskan jasa keperawatan, kebersihan lingkungan, pemeriksaan kesehatan gratis, dll).
3. Selain kedua kegiatan tersebut diatas, dapat ditambahkan kegiatan lainnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi setempat.
4. Tidak diperkenankan mengadakan kegiatan/aksi demonstrasi yang kontra produktif terhadap perjuangan UU Keperawatan, apalagi meninggalkan pelayanan kepada klien/pasien.
Kegiatan diupayakan diliput oleh media massa sesuai dengan kemampuan dan mengadakan pers conference apabila dimungkinkan.
Sedapat mungkin melibatkan mahasiswa keperawatan dalam kegiatan.
Tema "Urgensi Undang-Undang Keperawaran untuk perlindungan publik dan professionalisme keperawatan".
Demikianlah instruksi ini disampaikan agar dapat dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Pengurus PusatPersatuan Perawat Nasional Indonesia
Ketua Umum,
Prof. Achir Yani S. Hamid, DNSc

Jumat, 20 Februari 2009



PENGURUS PPNI CILACAP HOME CARE GRAHA BALLY 2008

STANDART ALAT HOME CARE

Peralatan Home Care
1. Set tempat tidur khusus orang sakit
2. Set kursi roda/ tongkat/ kruk/ tripot
3. Set oksigen
4. Set penghisap lendir
5. Set bab/ bak
6. Set suntik
7. Set perawatan luka
8. Set pemasangan selang lambung
9. Set huknah/ klisma
10. Set pemasangan selang catheter
11. Set preparat pemeriksaan laboratorium.
12. Set formulir untuk asuhan keperawatan

Bahan Habis Pakai Home Care
1. Kasa/ kapas steril
2. Kertas tisue
3. Cairan pelicin/ minyak/ jelly
4. Plester/ pembalut
5. Kantong plastik untuk sampah biologis dan infeksius.
6. Alkohol 70 %/ cairan desinfektan
7. Obat merchurochrom 70 %
8. Tabung plastik/ botol tempat preparat tinja, urine.
9. Bilah kayu untuk mengambil preparat.
10. Sabun/ deterjen.
11. Resusisator untuk bayi
12. Semprit dan jarum suntik dispossible ukuran. 1,2,3, 5,10,20 cc

Obat-obatan emergency
1. Adrenalin
2. Dexametazon
3. Xyllo dan Deladryl
4. Cairan infus

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI HOME CARE

STANDAR URAIAN TUGAS DAN FUNGSI
PENGELOLA HOME CARE
A. Ketua Pengelola
1. Mengkoordinasikan semua kegiatan pengelolaan Perawatan di rumah
2. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan pelayanan dan klien
3. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pelaksanaan Pelayanan
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap kinerja pel.
5. Menyusun laporan pelaksanaan Home Care secara berkesinambungan

B. Ketua Bidang Administrasi/Keuangan
1. Mengkoordinasikan semua kegiatan administrasi dan keuangan Home Care
2. Melakukan perlakuan yang baik terhadap administrasi pengelolaan Home Care
3. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pada bidang administrasi dan keuangan Home Care
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian proses adm. keuangan Home Care
5. Menyusun laporan administrasi keuangan Home Care

C. Ketua Bidang Pelayanan
1. Mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan perawatan
2. Melakukan perlakuan yang baik terhadap proses pelaksanaan Home Care
3. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan terhadap sumber daya manusia keperawatan
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan pel. Home Care.
5. Menyusun laporan kegiatan pelayanan keperawatan di rumah

D. Penanggung Jawab Kasus/ Koordinator
1. Mengkoordinasikan semua kegiatan pel. yang dilaksanakan oleh pelaksanan pel.
2. Melakukan perlakuan yang baik terhadap pelaksanaan kep. dan klien di rumah
3. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pelaksanaan kep.
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan kepada pelaksana kep.
5. Menyusun laporan kegiatan pelayanan sesuai bidang tugasnya

E. Pelaksanan Pelayanan
1. Melaksanakan pengkajian dan menentukan diagnosa keperawatan
2. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan
3. Melaksanakan intervensi / tindakan keperawatan sesuai rencana yang ditentukan
4. Mengevaluasi kegiatan/ tindakan yang diberikan dg. berpedoman pada renpra.
5. Membuat dokumentasi tertulis pada rekam kep. setiap selesai melaksanakan tugas

F. Konsulen
1. Menerima konsultasi dari pelaksanaan keperawatan dan memberikan petunjuk / advis sesuai kewenangannya
2. Memberikan advokasi khususnya dalam bidang tindakan medik
3. Melaksanakan tindakan-tindakan medik sesuai kewenangannya
4. Memeriksa, menentukan Diagnosa dan memberi terapi medik

HOME CARE

KONSEP
PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH
( HOME CARE )


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah.

Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang mendorong perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerluka ijin oprasional.

Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah atara lain : Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan ,tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah

B. Landasan Hukum

1. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat
6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta

II. KONSEP HOME CARE

A. Pengertian Home Care

Pelayanan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien di rumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan keterampian teknikal tertentu yang berasal dari spesalisasi kesehatan tertentu, yang befokus pada asuhan keperawatan individu dengan melibatkan keluarga , dengan tujuan menyembuhkan, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik, mental/ emosi pasien.

B. Tujuan Home Care

Umum : Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
Khusus : 1. Terpenuhi kebutuhan dasar ( bio-psiko- sosial- spiritual ) secara mandiri.
2. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah

C. Ruang Lingkup Home Care.

1. Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif
2. Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya.
3. Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga

D. Prinsip Home Care

1. Pengelolaan home care dilaksanaka oleh perawat/ tim
2. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
3. Mengumpulan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
4. Menggunakan data hasil pengkajian dalam menetakan diagnosa keperawatan.
5. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan.
6. Memberi pelayanan prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
7. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan
8. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen kasus.
9. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
10.Mengembankan kemampuan profesional.
11.Berpartisifasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
12.Menggunakan kode etik keperawatan daam melaksanakan praktik keperawatan.

E. Peran dan Fungsi Perawat Home Care

1. Manajer kasus : Mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan,dengan fungsi :
a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga.
b. Menyusun rencana pelayanan.
c. Mengkoordinir aktifitas tim
d. Memantau kualitas pelayanan

2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan. dengan fungsi :
a. Melakukan pengkajian komprehensif
b. Menetapkan masalah
c. Menyusun rencana keperawatan
d. Melakukan tindakan perawatan
e. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien.
f. Membantu pasien dalam mengembangkan prilaku koping yang efektif.
g. Melibatkan keluarga dalam pelayanan
h. Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
i. Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan.
j. Mendokumentasikan asuhan keperawatan.

III. KEGIATAN HOME CARE

Manajemen Kasus Home Care

1. Melakukan seleksi kasus
a. Resiko tinggi ( Bayi, balita, lansia, ibu maternal )
b. Cidera tulang belakang cidera kepala
c. Coma, Diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat
d. Stroke
e. Amputasi
f. Ketergantungan obat
g. Luka kronis
h. Disfungsi kandung kemih
i. Rehabilitasi medik
j. Nutrisi melalui infus
k. Post partum dan masalah reproduksi
l. Psikiatri
m. Kekerasan dalam rumah tangga.

2. Melakukan pengkajian kebutuhan pasien.
a. Kondii fisik
b. Kondisi psikologis
c. Status sosial ekonomi
d. Pola prilaku pasien
e. Sumber- sumber yang tersedia di keluarga pasien

3. Membuat perencanaan pelayanan
a. Membuat rencana kunjungan
b. Membuat rencana tindakan
c. Menyeleksi sumber- sumber yang tersedia di keluarga / masyarakat.

4. Melakukan koordinasi pelayanan
a. Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
b. Membuat perjanjian kepada pasien da keluarga tentang pelayanan
c. Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
d. Melakukan rujukan pasien

5. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan.
a. Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
b. Menilai hasil akhir pelayanan ( sembuh, rujuk, meninggal, menolak )
c. Mengevaluasi proses manajemen kasus
d. Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur

Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
a. Riayat kesehatan
b. Lingkungan sosial dan budaya
c. Spiritual
d. Pemeriksaan fisik
e. Kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan se- hari- hari
f. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
a. Aktual
b. Resiko
c. Potensial

3. Perencanaan keperawatan
a. Penentuan prioritas masalah
b. Menentukan tujuan
c. Menyusun rencana secara komprehensif.

4. Implementasi
a. Manajemen perawatan luka
b. Perawatan gangguan sistem pernafasan
c. Gangguan eleminasi
d. Gangguan Nurisi
e. Kegiatan rehabilitasi
f. Pelaksanaan pengobatan
g. Tindakan Kolaborasi

5. Evaluasi
a. Mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan
b. Dilaksanakan selama proses dan akhir peberian asuhan.

Pencatanan dan Pelaporan home care

Pencatatan Manajemen kasus
a. Persetujuan pasien
b. Jadwal kunjungan
c. Lembar pengobatan
d. Tindakan tim
e. Rujukan kasus
f. Penghentian perawatan

Pencatatan pelaksanaan asuhan keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
b. Perencanaan asuhan
c. Evaluasi asuhan

Alur Pelaporan
a. Home Care
b. Dinkes Kab.
c. Dinkes Prov
d. Depkes

Materi laporan
a. Jumlah pasien
b. Jenis penyakit
c. Frekuensi kunjunagn tiap kasus
d. Jumlah pasien dapat pengobatan
e. Jumlah pasien yang dirujuk
f. Jumlah pasien yang meninggal
g. Penyebab kematian
h. Tingkat keberhasilan /kemandiian pasien
i. Jenis tenaga yang memberi pelayanan

IV. TATALAKSANA HOME CARE

A. Prasyarat Penyelenggara Home Care

1. Ketenagaan
a. Manajer kasus, dengan kwalifikasi :
-. Minimal D.III
-. Pemegang sertifikat pelatihan home care
-. Pengalaman kerja minimal 3 tahun
-. Memiliki SIP,SIK,SIPP

b. Pelaksana pelayanan, dengan kwalifikasi :
-. Minimal D.III
-. Pemegang sertifikat pelatihan home care
-. Pengalaman kerja minimal 3 tahun
-. Memiliki SIP,SIK,SIPP

2. Alat/ sarana
a. Alat kesehatan
-. Tas/ kit
-. Pemeriksaan fisik
-. Set perawatan luka
-. Set emergency
-. Set pemasangan selang lambung
-. Set huknah
-. Set memandikan
-. Set pengambilan preparat
-. Set pemeriksaan lab. sederhana
-. Set infus/ injeksi
-. Sterilisator
-. Pot/ urinal
-. Tiang infus
-. Tempat tidur khusus orang sakit
-. Pengisap lendir
-. Perlengkapan oxigen
-. Kursi roda
-. Tongkat/ tripot
-. Perlak/ alat tenun

b. Alat habis pakai
-. Obat emergency
-. Perawatan luka
-. Suntik/ pengamian darah
-. Untuk infus
-. Pemasagan selang lambung
-. Huknah, selang lambung, kateter
-. Sarung tangan, masker
-. Dll

c. Sarana lain
-. Alat dan media pendidikan kesehatan
-. Ruangan beserta perlengkapannya
-. Kendaraan
-. Alat komunikasi
-. Alat informasi/ dokumentasi

3. Perijinan Home Care
a. Berbadan hukum ( yayasan, badan hukum lainnya )
b. Permohonan ijin ke Dinkes kabupaten/ Kota, dengan melmapirkan:
-. Rekomendasi PPNI
-. Ijin prakik perawat ( SP, SIK, SIPP )
-. Persyaratan peralatan kesehatan dan sarana komunikasi dan transportasi
-. Ijin lokasi bangunan
- .Ijin lingkungan
-. Ijin usaha
-. Persyaratan tata ruang bangunan

B. Mekanisma Pelayanan Home Care

1. Proses penerimaan kasus
a. Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas, sarana lain, keluarga
b. Pimpinan home care menunjuk menejer kasus untuk mengelola kasus
c. Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus

2. Proses pelayanan home care
a. Persiapan
-. Pastikan identitas pasien
-. Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien
-. Lengkap kartu identitas unit tempat kerja
-. Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah
-. Siapkan file asuhan keperawatan
-. Siapkan alat bantu media untuk pendidikan

b. Pelaksanaan
-. Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan.
-. Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat
-. Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien
-. Membuat rencana pelayanan
-. Lakukan perawatan langsung
-. Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll
-. Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan
-. Dokumentasikan kegiatan

c. Monitoring dan evaluasi
-. Keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal
-. Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan
-. Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksanan

d. Proses penghentian pelayanan home care, dengan kreteria :
-. Tercapai sesuai tujuan
-. Kondisi pasien stabil
-. Program rehabilitasi tercapai secara maximal
-. Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien
-. Pasien di rujuk
-. Pasien menolak pelayanan lanjutan
-. Pasien meninggal dunia

C. Pembiayaan Home Care

1. Prinsip penentuan tarip
a. Pemerintah/ masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara kesehatan
b. Disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi
c. Mempertimbangkan masyarakat bepenghasilan rendah/ asas gotong royong
d. Pembayaran dengan asuransi ditetapkan atas dasar saling membantu
e. Mencakup seluruh unsur pelayanan secara proporsional

2. Jenis pelayanan yang kena tarip
a. Jasa pelayanan tenaga kesehatan
b. Imbalan atas pemakaian sarana kesehatan yang digunakan langsung oleh pasien
c. Dana transportasi untuk kunjungan pasien

V. PEMANTAUAN, PEMBINAAN DAN PENILAIAN

A. Pemantauan Home Care
a. Aspek fisik
b. Manajerial
c. Sumber daya
d. Pelayanan
e. Pembiayaan

B. Pembinaan Home Care
a. Aspek fisik
b. Manajerial
c. Sumber daya
d. Pelayanan
e. Pembiayaan

C. Penilaian Home Care
a. Kelengkapan dokumen
b. Kesesuaian pelayanan dari berbagai profesi
c. Kepuasan pelanggan
d. Kemandirian pasien/ keluarga




-------------------------------------------------------------
Disajikan oleh Drs I Nyoman Cakra, A Md Kep, SH., dalam rangka sosialisasi home care, pada sidang DPRD Kabuapten Gianyar, pada tanggal 19 Oktober 2006 di Gianyar- Bali

PENGUMUMAN


DIBERITAHUKAN KEPADA SELURUH ANGGOTA PPNI KAB. CILACAP, BAHWA DALAM WAKTU DEKAT AKAN DISELENGGARAKAN UJI KOMPETENSI GUNA MENDAPATKAN SURAT IJIN PERAWAT (SIP). UNTUK ITU BAGI YANG MASA BERLAKUNYA SUDAH HABIS ATAU HAMPIR HABIS SEGERA MENDAFTARKAN DIRI KE SDRI MILA WIJAYANTI, S. Kep. Ners ATAU MORINITA PARDED, SKM DI DINAS KESEHATAN KABUPETEN CILACAP

PENGUMUMAN


DIBERITAHUKAN KEPADA SELURUH ANGGOTA PPNI KAB. CILACAP, BAHWA DALAM WAKTU DEKAT AKAN DISELENGGARAKAN UJI KOMPETENSI GUNA MENDAPATKAN SURAT IJIN PERAWAT (

Jumat, 16 Januari 2009

Berita Kepada Kawan

Kepada seluruh anggota Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Cilacap, diharap menyetorkan data base kepada komisariat masing-masing paling lambat tanggal 31 Januari 2009. Mengingat pentingnya hal tersebut dimohon untuk